Tokoh fisika indonesia

on Rabu, 15 Juli 2009

Prof. Nelson Tansu, Ph.D

Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude.

Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003.

Selama menyelesaikan program doktor, Prof. Nelson memperoleh berbagai prestasi gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.

Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan sebuah universitas papan atas di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Amerika Serikat.

Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.

Ketika masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Prof. Nelson sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat.

Walaupun saat ini tinggal di Amerika Serikat dan masih menggunakan passport Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke Indonesia jika Pemerintah Indonesia sangat membutuhkannya.

Kembalilah prof, kami membutuhkan dirimu ;)

Prof. Yohanes Surya

Prof. Yohanes Surya dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 november 1963. Setelah menyelesaikan kuliah pada Jurusan Fisika Universitas Indonesia tahun 1986, ia mengajar di SMAK I Penabur Jakarta sampai tahun 1988. Professor Yohanes Surya Ph. D adalah seorang fisikawan lulusan William and Mary College Amerika Serikat. Program Masternya diselesaikannya pada tahun 1990 dan program doktor dalam bidang fisika nuklir pada tahun 1994 dengan predikat summa cum laude. Kesempatan untuk memperdalam ilmu fisika di William and Mary College diperolehnya melalui program beasiswa. Ketika masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes Surya juga sering mendapat beasiswa. Hal ini dilatarbelakangi oleh kemampuan intelektual yang cemerlang dan didukung oleh kerja keras dalam mengembangkan talenta yang dimilikinya. Walaupun sudah mendapatkan ijin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, Prof. Yohanes memilih untuk pulang ke Indonesia, dengan tujuan ingin mengharumkan nama bangsa Indonesia melalui Olimpiade Fisika.

Prof. Yohanes adalah fisikawan pendidik dan peneliti selebritis di Indonesia. Ia menjadi terkenal karena membimbing murid-murid cemerlang sekolah menengah Indonesia masuk pada komunitas fisika pemula antarbangsa melalui Olimpiade Fisika Internasional dan kompetisi riset fisikawan muda berkelas dunia : The First Step to Nobel Prize in Physics. Gagasan untuk membentuk Tim Olimpiade Indonesia (TOFI), yang kemudian membuatnya menjadi sangat terkenal, berawal ketika ia masih kuliah di Virginia, Amerika Serikat. Ide yang dicetuskan bersama temannya Agus Ananda ini medapat dukungan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional dan Fakultas Fisika Universitas Indonesia. Pada tahu 1993, Fakultas Fisika Universitas Indonesia bersama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional menyaring lima pelajar terbaik yang kemudian dikirim ke Virginia, Amerika, tempat para mahasiswa tingkat doktoral ini belajar guna dilatih untuk mengikuti Olimpiade Fisika International yang akan berlangsung di William and Mary College. Walaupun Indonesia baru pertama kali mengikuti Olimpiade Fisika Internasional, tim ini berhasil memenangkan Medali Perunggu atas nama Oki Gunawan dari SMAN 78 Jakarta. Sepulangnya ke Indonesia, para mahasiswa ini bersama dengan Roy Sembel dan Joko Saputro mendirikan Tim Olimpiade Fisika dengan membawa serta nama Indonesia, menjadikannya Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Sejak pertama kali mengikuti Olimpiade Fisika, Tim Indonesia selalu memperoleh penghargaan. Medali emas pertama kali diperoleh di Padova, Italia, pada tahun 1999. Perolehan medali emas merupakan tujuan awal yang telah menjadi tradisi TOFI dalam mengikuti kompetisi bergengsi ini. Pengalaman mengikuti olimpiade dengan prestasi membanggakan itu memudahkan Prof. Yohanes menghubungi perguruan tinggi papan atas AS melamar tempat belajar sekaligus beasiswa bagi alumni TOFI. Beberapa alumni TOFI yang belajar di Universitas papan atas di dunia tersebut sedang dibimbing oleh Fisikawan Peraih Nobel. Hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang Indonesia untuk memperoleh Nobel Fisika. Nobel adalah penghargaan yang sangat bergengsi, karenanya apabila Orang Indonesia berhasil meraih nobel, maka terbuka kesempatan bagi Indonesia menjadi negara yang cepat Maju dan terdepan dalam teknologi.

Selain membimbing Tim Olimpade Fisika Indonesia, Prof. Yohanes Surya juga sering mengadakan pelatihan guru fisika dan matematika di seluruh pelosok Indonesia, baik di kota-kota besar, kotamadya/kabupaten hingga ke desa-desa. Ia juga menjadi penulis buku yang produktif untuk bidang Fisika dan Matematika. Salah satu bukunya yang terkenal adalah Mestakung. Selain menulis buku, banyak artikel fisika yang ditulisnya dimuat di jurnal ilmiah nasinal mapun internasional, serta surat kabar terkenal di Indonesia. Beliau adalah pencetus istilah MESTAKUNG dan pembelajaran GASING (Gampang, Asyik dan Menyenangkan).

Selain sebagai penulis, Prof. Yohanes juga menjadi narasumber berbagai program pengajaran sekolah dasar dan menengah. Ia juga ikut memproduksi berbagai program televisi pendidikan, di antaranya “Petualangan di Dunia Fantasi” dan “Tralala-Trilili” di RCTI.

Selain aktivitasnya di atas, Prof. Yohanes juga terlibat dalam kepengurusan Organisasi Internasional, di antaranya adalah Board Member of The International Physics Olimpad, The First Step to Nobel Prize, The First Asian Physics Olimpiad, executive member of the Word Physics Federation Competition, Asian Science Camp. Selain itu, memimpin pusat penelitian nanoteknologi dan bioteknologi, The Mochtar Riady Center for Nanotechnology and Bioengineering di Karawaci, Tangerang.

Sudah banyak penghargaan yang diperoleh Profesor Yohanes Surya setelah bekerja keras dalam membimbing para pelajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya bidang fisika, di antaranya adalah CEBAF/AWARD AS 1992/1993 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika Serikat, Penghargaan Kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden Bambang Susilo Yudoyono, penghargaan penulis Best Seller tercepat di Indonesia untuk buku “Mestakung” yang ditulisnya.

Yohanes Surya merupakan Guru Besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan, Kepala Promosi dan Kerjasama, Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains dan matematika, anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu pendiri The Moctar Riady Institut, Anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten, Fisikawan rombongan pertama yang membawa ekonofisika, cabang ilmu yang mengawinkan fisika dan ekonomi, di Indonesia dan Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group), serta asyik mengkampanyekan cinta fisika di seluruh Indonesia.

Pesan Kehidupan

Pesan kehidupan apa yang diperoleh setelah membaca riwayat Prof. Yohanes Surya di atas ?

1. hal yang paling menarik untuk diperhatikan adalah ketika berada di Virginia, Amerika Serikat. Ketika itu, Prof. Yohanes Surya telah menyelesaikan program Doktor dan sempat bekerja di Amerika Serikat. Walaupun sudah mendapat ijin tinggal dan kerja di Amerika Serikat, Prof. Yohanes lebih memilih untuk kembali ke Indonesia dan mengharumkan nama bangsa melalui Tim Olimpiade Fisika Indonesia didirikannya. Semangat nasionalis atau cinta tanah air dan bangsa yang ditunjukkan oleh Prof. Yohanes patut kita tiru. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus bangga dan tetap mencintai negara kita, serta berusaha untuk memajukan kehidupan bangsa, sesuai dengan bakat dan kemampuan kita.

2. Tekun dan Kerja Keras merupakan dua hal yang dimiliki oleh Prof. Yohanes Surya. Memiliki bakat atau kemampuan otak yang pintar belum cukup jika tidak disertai ketekunan dan kerja keras. Sejak masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes sudah sering mendapat beasiswa. Hal ini berlanjut hingga kuliah di Amerika Serikat. Demikian juga keberhasilannya dalam membimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia, serta berbagai penghargaan dan keikutsertaannya dalam organisasi Ilmu Pengetahuan, baik di tingkat Nasional maupun Internasional. Hal ini tentu saja tidak dapat diperoleh tanpa usaha sungguh-sungguh, tekun dan kerja keras.

3. Sikap saling menolong. Melalui bimbingannya, Prof. Yohanes Surya secara tidak langsung telah menolong banyak pelajar sekolah menengah yang cemerlang untuk belajar di Universitas Terkenal di Dunia, melalui program beasiswa. Hal ini sangat membantu para pelajar sekolah menengah Indonesia yang berbakat namun memiliki kesempatan yang terbatas untuk mendalami pengetahuan di Univesitas yang berkualitas, karena faktor biaya.

4. Kemauan keras untuk mengubah nasib. Ketika masih kuliah di Universitas Indonesia, Prof. Yohanes Surya sering mendapat beasiswa untuk meringankan beban ekonomi yang dialaminya. Kerja keras dan ketekunannya dalam belajar akhirnya membuatnya mendapat beasiswa untuk belajar di Amerika Serikat. Hal ini tidak dapat tercapai jika tidak disertai keinginan kuat untuk mengubah nasib. Ingat bahwa Prof. Yohanes juga berasal dari keluarga menengah ke bawah. Setelah menamatkan kuliah di UI, beliau sempat mengajar di SMAK I Penabur Jakarta, lalu melanjutkan kuliah di Amerika Serikat karena program beasiswa.

Masih banyak hal yang dapat kita petik dari riwayat hidup Prof. Yohanes Surya. Mari kita teladani hal-hal baik yang telah ditunjukkan oleh Prof. Yohanes Surya.

diposted dari http://www.gurumuda.com

Teknik Terbang Burung Walet



Pernahkah anda melihat tornado atau pusaran angin puting-beliung? Semua benda yang berada di sekeliling tornado akan dibawa terbang masuk ke dalam pusarannya, seperti dihisap ke arah sumbu tornado. Mengapa begitu? Karena tekanan udara di dalam tornado lebih kecil dari tekanan udara di sekitarnya. Perbedaan tekanan udara yang ditimbulkan cukup besar untuk menarik benda-benda seperti drum minyak, atap rumah, dan bahkan seekor kerbau ke dalam pusaran tornado. Lalu, apa hubungannya dengan burung walet? Apakah burung walet mampu terbang menembus pusaran tornado? Begini ceritanya.

Ada jenis pesawat jet tempur yang dilengkapi dengan sepasang sayap yang dapat dilipat ke belakang dan dikembangkan lagi. Jenis sayap seperti ini disebut swept-wing, dan sayap jenis inilah yang memberikan kemampuan terbang cepat dan membelok tajam bagi pesawat jet tempur – seperti kemampuan seekor burung walet. Lucunya, para insinyur penerbangan sudah memanfaatkan keunikan burung ini, jauh sebelum para ilmuan memahami dan menjelaskannya. Bukan saja peswat jet tempur Amerika, F-14 Tomcat yang menggunakan teknik burung walet ini, tetapi pesawat jet penumpang jenis Concorde juga.

Kedua jenis pesawat terbang di atas membutuhkan kecepatan tinggi ketika terbang, tetapi juga kemampuan untuk memperlambat kecepatannya ketika hendak mendarat, tanpa kehilangan ketinggian, atau lebih baik dikatakan tanpa kehilangan kemampuan untuk mempertahankan ketinggian yang tepat, sebab mengurangi kecepatan berarti mengurangi daya dorong ke atas dari udara. Pernahkah anda memperhatikan seekor burung ketika hendak mendarat atau hinggap di cabang pohon? Itu juga adalah salah satu dari rahasia burung walet yang akan diungkap di sini.

Sejak tahun 1996, para ilmuan sudah tahu bahwa serangga menggunakan gejala tornado yang disebut vortex, yaitu aliran udara yang berputar, untuk terbang. Tetapi, menghubungkan bentuk khas sayap burung dengan vortex-nya serangga adalah sesuatu hal yang hampir mustahil untuk diperagakan dan diamati.

Sekitar tahun 2004, para ilmuan membuat model sayap burung walet dan menempatkannya di dalam lorong air yang berfungsi seperti lorong udara (air-tunnel). Air sengaja diberi warna agar aliran air yang timbul bisa lebih mudah diamati. Ternyata, model sayap walet dengan bentuk khusus ini menimbulkan semacam aliran vortex di bagian atas model sayap tersebur. Seperti pada tornado, tekanan rendah di dalam vortex seperti menghisap sayap burung walet ke atas.

Vortex yang terlihat di dalam percobaan water-tunnel tersebut menghasilkan dua hal, masing-masing daya angkat yang besar dan hambatan yang besar untuk semua kecepatan. Ketika terbang cepat, baik burung maupun pesawat jet dengan swept-wings akan melipat sayapnya ke belakang. Ketika akan tinggal landas atau mendarat, sayap dibentangkan kembali untuk mendapatkan daya angkat udara yang lebih besar.

Sama halnya, baik F-14 Tomcat maupun burung walet mampu membelok tajam ke atas dengan mengatur sayapnya untuk menghasilkan tornado yang menariknya ke atas. Kemampuan maneuver semacam inilah yang memampukan burung walet untuk menyambar serangga di udara. Ketika burung walet hendak mendarat, hambatan udara yang dihasilkan memperlambat terbangnya, tetapi daya angkat udara yang dihasilkan menahannya untuk tidak jatuh ke tanah karena kecepatan yang rendah, tetapi bisa mencapai dahan pohon yang ditujunya. Hal ini juga memberikan penjelasan, bagaimana kira-kira burung yang lain mendarat.

Lebih dari sayap serangga atau sayap pesawat jet tempur, sayap burung terdiri dari dua bagian. Bagian yang dekat ke badannya adalah arm-wing yang berfungsi untuk menghasilkan tekanan udara ke atas secara konvensional seperti layaknya sayap pesawat terbang. Bagian sebelah luar disebut hand-wing, yang memiliki sisi depan yang tajam, sehingga mampu menghasilkan tornado dalam posisi sedikit miring. Sementara sayap serangga harus membentuk kemiringan sebesar 25o untuk menghasilkan vortex, sayap burung walet hanya membutuhkan kemiringan 5 – 10o saja.

Selain burung albatross dan burung laut raksasa (giant petrel), semua burung memiliki konstruksi sayap yang kurang-lebih-sama. Oleh sebab itu, teknik terbang burung walet ini dapat diterapkan ke burung-burung tersebut juga.

Penjelasan di atas ini pasti akan mengubah pengertian banyak orang dalam hal bagaimana burung terbang. Tetapi haruslah diingat bahwa alam selalu berada di depan para insinyur/teknisi dan ilmuan. Di dalam hal penggunaan teknik tornado atau vortex di dalam tebang akrobatik burung walet, para ilmuan hanya baru mengupas bagian permukaan dari keseluruhan rahasia alam burung-burung. Ada banyak hal yang masih harus diungkap dan salah satunya adalah, bagaimana burung walet mengatur sayapnya untuk meningkatkan kemampuan terbangnya. Dengan terungkapnya ‘kontrol terbang burung walet’, mungkin saja terjadi bahwa di masa depan nanti, para insinyur akan dapat menciptakan semacam alat terbang dengan kecepatan, kelincahan, efisiensi dan jarak lepas-landas dan mendarat yang pendek seperti yang dimiliki serangga dan burung. Siapa tahu?

copy paste dari http://www.fisikaasyik.com/home02/content/view/228/1/

postingan pertama

on Selasa, 14 Juli 2009


kemaren internet aja jarang liat..eh rupanya aku harus kenalan ma yang namanya blog yang notabene harus rajin-rajin surfing and browsing di dunia maya. pertama sih minta ampun susahnya, maklum aja baru kenal..eh lama-lama rupanya jatuh cinta. enak juga ya punya blog sendiri. bisa ngungkapin isi hati sekaligus buat pengumuman ke seantero belahan bumi. m0ga aja pengumuman maulid nabi atau kenduri gak harus lagi lewat meunasah tapi cukup lewat blog. Syaratnya gampang, semua KK harus dipasangin koneksi internet ma presiden kita yang baru. hehehehe.oya thanks to "warrong.net" yang dah banyak ngajari aku cara menyelam di dunia maya. o ya kalau kalian mau datang aja ke jl. bna-medan kuta asan (depan stadiun bola kuta asan) sigli-pidie. bukan mau promosi tapi buktiin aja sendiri apa yang bisa kamu peroleh disana. ok bro see u on next page.arios